LAPORAN SINTESA IODOFORM
PERCOBAAN VII
SINTESA IODOFORM
I. Tujuan
1.
Mahasiswa dapat mensintesis Iodoform.
2.
Mahasiswa dapat memahami dan menuliskan reaksi pembentukan
Iodoform.
II. Landasan Teori
Iodoform
merupakan termasuk senyawa halaform selain kloroform dan bromoform. Halogenasi dapat digunakan sebagai dasar uji iodoform
untuk senyawa – senyawa metil keton. Iodoform merupakan senyawa dengan
formulasi CHI3, sebuah kuning pucat, kristal, zat volatil, memiliki
bau tajam bau ini kadang – kadang disebut seperti bau rumah sakit dan analog
dengan klorofrom, rasa manis hal ini kadang – kadang digunakan sebagai
desinfektan. Iodoform pertama kali ditemukan oleh Georges Servias tahun 1822
dan rumus molekul yang telah diidentiikasi oleh Jean – Baptiste Dumas pada taun
1834, hal ini disintesis dalam reaksi haloform dalam reaksi iodium dan natrium
hidroksida dengan salah satu dari 4 jenis senyawa etalc yaitu etal keton : CH3COR
asetaldehid (CH3CHO), etanol (CH3 CH2 OH) dan
sekunder tertentu alcohol (CH3
CH2 OH, dimana R adalah gugus akil atau aril).
Gambar 1. Mekanisme Reaksi Sintesa Iodoform
Reaksi iodium
dengan metil keton sangat handal bahwa uji iodoforrm munculnya endapan kuning digunakan untuk
menyelidiki metil keton. Hal ini juga terjadi bila pengujian untuk alkohol sekunder
(metil alkohol). Beberapa reagen misalnya hidrogen iodida mengkonversi iodoform
untuk diodamethane. Juga konversi karbon dioksida mungkin iodoform bereaksi
dengan air perak nitrat untuk menghasilkan karbamoil dioksidanid (CH2NO3)
yang dioksidasi
dengan campuran asam sulfat dan pentaoksida iodium.
Bila dicampurkan dengan unsur perak bubuk iodoform berkurang menghasilkan
asetilena. Setelah pemanasan iodoform terurai menghasilkan iodium diatomik, gas
hidrogen iodida dan karbon (Wertheim, 1953).
Menurut
Wibowo (2009), iodoform terbuat dari bubuk dengan kristal heksaganol berwarna
kuning, sedikit larut air (1:10.000), larut dengan alkohol (1: 60) dan dalam
eter (1: 73). Selama bertahun-tahun pasta yang mengandung iodoform digunakan
sebagai antiseptik, karena pelepasan iodin bila berkontak dengan sekresi atau
infeksi endodontik. Salah satu contoh adalah pasta krim. Pasta krim merupakan
campuran iodoform, kamfer, perak larofenol, dan mentol. Bahan jika terdorong ke
jaringan periapikal dapat segera digantikan oleh jaringan yang normal. Pasta
krim juga bersifat bakterisidal dan mudah untuk diaplikasikan dan diambil
kembali bila diperlukan. Kelemahan iodoform adalah bersifat mengiritasi
jaringan periapikal dan menyebabkan sementum dan nekrosis. Campuran iodoform
dan bismuth dilaporkan menyebabkan ensefalopati jika digunakan untuk mengompres
luka setelah operasi di daerah kepala dan leher. Iodoform juga direabsorpsi
lebih cepat daripada reabsorpsi
fisiologis.
Berdasarkan
penelitian Nurdina et al. (2012), L. acidophilus
merupakan bakteri yang berperan pada lesi karies lanjut sehingga bahan
antibakteri ini kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai bahan antibakteri
tambahan pada pulp capping dalam ilmu kedokteran gigi kuratif. Bahan
antibakteri tambahan pada pulp capping ini digunakan untuk memastikan sisa
bakteri yang ada. Bahan tersebut adalah iodoform salah satu kompleks iodoform
adalah povidone iodine. Kandungan povidone iodin terdapat dalam betadine solution yaitu sebesar 10%.
Iodin telah diketahui mempunyai efek brood
spectrum untuk bakteri juga efektif dalam melawan jamur, virus, dan protozoa.
Dalam 10% providan iodin mengandung 1% iodin aktif yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara merusak zat organik bakteri. Bahan ini akan
mengubah tegangan permukaan membran sel bakteri sehingga keutuhan membran sel
akan rusak.
Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disintesis berdasarkan
reaksi halogenasi (halogenasi pada dasarnya adalah reksi substansi atau
penggantian karena atom halogen menggantikan posisi hidrogen dalm struktur)
dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan aseton yang menggunakan
bantuan natrium hidroksida sebagai katalisator. Iodoform merupakan suatu zat
kimia yang banyak digunakan dalam bidang farmasi sebagai desinfektan dan
antiseptik. Antiseptik merupakan zat yang bekerja baktriostatik, biasanya dipakai
pada infeksi bakteri pada kulit mukosa dan melawan bakteri pada luka sedangkan
desinfektan merupakan zat yang bekerja bakterisid, digunakan untuk membebaskan
ruangan dan pakaian dari mikroba. Iodoform kadang-kadang sebagai antiseptik dan
desinfektan dibidang kedokteran gigi (Vogel, 1979).
Iodoform
merupakan antiseptik yang sangat efektif untuk kulit utuh, maka sebagai tinctur
iod banyak digunakan sebelum injeksi. Efek sampingnya berwarna coklat dan
kadang terjadi dermatitis (alergi kulit) hampir semua kuman patogen termasuk
fungi dan virus dimatikan oleh iodoform. Begitu pula spora, walaupun diperlukan
waktu yang lebih lama. Larutan 2 % memerlukan 2-3 jam. Hidrogen peroksida dan
iodoform dapat menunda penumbuhan luka dengan larutan garam normal steril merupakan teknik pembersih yang baik.
Meskipun bilangan dan sprei dan jaringan air pada luka dekronik banyak dipakai,
teknik – teknik sering kali tidak efektif untuk melepaskan dibris dan bahkan
dapat memaksa bakteri masuk kedalam jaringan granulasi. Aliran air mungkin
dapat membantu pada sebagian pasien dengan ulkus tangkai bawah. Jika cara–cara
ini gagal, maka depridimen dengan dereksi tajam mungkin merupakan metode terbaik untuk membersihkan luka yang
kronis. Penentuan iodometrik secara luas digunakan untuk biji maupun logam
campur, cara- caranya memberikan hasil-hasil yang baik sekali dan lebih cepat
daripada penentuan tembaga dengan cara elektrolisa biji tembaga biasanya
mengandung besi, arsen dan antimon. Unsur-unsur ini pada keadaan oksidasi yang
lebih tinggi akan mengoksidasi iodida sehingga mengganggu beberapa tindakan
pencegahan harus diambil dalam menangani larutan kalium iodida untuk
menghindari kesalahan
Iodoform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang
farmasi sebagai desinfektan dan antiseptik
Antiseptik merupakan zat yang bekerja bakteriostatik, biasanya dipakai
pada infeksi bakteri pada kulit, mukosa dan melawan bakteri pada luka.
Sedangkan desinfektan merupakan zat yang bekerja bakterisida, digunakan untuk
membebaskan ruang dan pakaian dari mikroba. Iodoform kadang – kadang sebagai
antiseptik dan desinfektan di bidang kedokteran gigi. Walaupun demikian, sekarang iodoform
telah jarang disintesis karena dapat menimbulkan efek toksik pada jantung
sehingga telah digantikan dengan bahan lain yang lebih aman penggunaannya dan
lebih sedikit efek sampingnya (Corey, 2006).
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
a.
Timbangan analitik
b.
Gelas ukur 100 mL
c.
Kertas saring
d.
Corong Buchner
e.
Oven
f.
Melting point apparatus
g.
Labu alas bulat
h.
Erlenmeyer 250 mL
i.
Erlenmeyer 100 mL
3.2
Bahan
No
|
Bahan
|
Sifat Fisika
|
Sifat Kimia
|
Bahaya
|
Penanggulangan
|
1.
|
Aseton
|
-Berbentuk cairan, bau aroma buah
mint, harum, rasa agak mais, tidak bewarna (jernih)
-Titik didih = 56,2
|
-Mudah larut dalam air dingin dan air
panas
|
-Mudah terbakar
-Iritasi
|
-Jauhkan dari percikan api dan panas.
-Menggunakan masker, sarung tangan,
kaca mata pelindung dan pakaian yang tepat untuk melindungi kulit
|
2.
|
Aquadest
|
-Berbentuk cairan
-Tidak berbau
-Tidak berasa
-Bewarna jernih
-Titik didih = 100
|
-Stabilitas = stabil
|
-
|
-
|
3.
|
Etanol 96%
|
-Berbentuk cairan
-Rasa : tajam, terbakar
-Tidak bewarna
-Titik didih = 78,5
|
-Mudah larut dalam air panas dan air
dingin
-Larut di dalam dietil eter, metanol,
dan aseton
|
-Mudah terbakar
-Iritasi
|
-Jauhkan dari percikan api dan panas.
-Menggunakan masker, sarung tangan,
kaca mata pelindung dan pakaian yang tepat untuk melindungi kulit
|
4.
|
Kalium iodida
|
-Berbentuk padatan
-Tidak berbau
-Rasa pahit, garam
-Bewarna putih
-Titik didih = 1330
|
-Stabilitas = stabil
-Mudah larut dalam air dingin dan air
panas
-Sebagian larut dalam etanol
|
-Iritasi
|
-Menggunakan masker, sarung tangan,
kaca mata pelindung dan pakaian yang tepat untuk melindungi kulit
|
5.
|
Kertas saring
|
-Pori-pori = 0,45 mm
-Permukaan halus
|
-Terbuat dari selulosa
|
-
|
-
|
6.
|
Larutan AgNO3
|
-Berbentuk cairan
-Tidak bewarna
-Tidak berbau
-Berat molekul 169,87
|
-Larut dalam air
-Sangat sukar larut dalam aseton
|
-Iritasi
|
-Menggunakan masker, sarung tangan,
kaca mata pelindung dan pakaian yang tepat untuk melindungi kulit
|
7.
|
NaOCl 5%
|
-Berbentuk cairan
-Bau karakteristik seperti klorin
-Tidak bewarna
-Titik didih = 40
|
-Mudah larut dalam air dingin
|
-Iritasi
|
-Menggunakan masker, sarung tangan,
kaca mata pelindung dan pakaian yang tepat untuk melindungi kulit
|
8.
|
NaOH 8 N
|
-Berbentuk cairan
-Tidak bewarna
-Tidak berbau
-Titik didih = 140
|
-Mudah larut dalam air dingin
|
-Iritasi
|
-Menggunakan masker, sarung tangan,
kaca mata pelindung dan pakaian yang tepat untuk melindungi kulit
|
9.
|
I2
|
-Berbentuk padatan
-Bau khas tajam
-Bewarna ungu dengan kilap logam
-Titik didih = 184,4
-Titik leleh = 113,7
|
-Mudah larut dalam etanol
-Sangat sukar larut dalam air dingin
dan air panas
|
-Iritasi
|
-Menggunakan masker, sarung tangan,
kaca mata pelindung dan pakaian yang tepat untuk melindungi kulit
|
IV. Prosedur Percobaan
4.1
Cara 1
6 gr KI,
100 mL air, 2 mL aseton
Dimasukkan
ke dalam labu alas bulat
Ditambahkan
larutan 5% kaporit bertetes-tetes
sambil
gojok
Disaring
Kristal
Residu
Dicuci
dengan akuades
Direaksikan
dengan etanol
Dihitung
rendemen dan titik lebur
Dicek bentuk kristal serta tes dengan
AgNO3
|
4.2
Cara 2
|
Dimasukkan
ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan
2,5 gr aseton
Ditambahkan
NaOH tetes demi tetes hingga
terbentuk
Kristal
Disaring
Dicuci
dengan air
Direkristalisasi iodoform dengan alkohol
Dihitung rendemen
Diuji titik leleh
Diuji kemurnian kristal dengan AgNO3
|
V. Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan
sintesa iodoform menggunakan senyawa aseton. Iodoform merupakan senyawa kimia
yang dapat disintesis berdasarkan reaksi halogenasi, dengan bahan dasar iodium
yang direaksikan dengan aseton dan menggunakan bantuan natrium hidroksida.
Prinsip dari reaksi pembetukan iodoform adalah berdasarkan reaksi halogenasi
yaitu dimulai dengan pembentukan atom radikal bebas dari halogen. Berikut adalah
alat yang digunakan dalam praktikum sintesa iodoform :
Gambar 2. Rangkaian alat vacum filter apparatus
Langkah-langkah yang dilakukan untuk
menggunakan alat :
1.
Cuci bersih corong buchner yang akan digunakan.
2.
Kertas saring yang digunakan untuk menyaring kristal
iodoform ditimbang terlebih dahulu, kemudian dicatat massanya.
3.
Kertas saring dipasang di atas pori-pori corong buchner,
dengan menyesuaikan ukuran kertas saring dengan bentuk corong buchner. Untuk
membantu pemasangan kertas saring dapat dibantu dengan penyemprotan akuades
sehingga dapat melekat pada dinding corong buchner.
4.
Corong buchner yang telah siap digunakan kemudian
dihubungkan dengan labu erlenmeyer berlengan, dan lengan erlenmeyer ini
dihubungkan kepompa vakum menggunakan selang.
5.
Pompa dihidupkan dan labu erlemmeyer menjadi vakum.
6.
Setelah itu proses penyaringan dapat dilakukan, dituangkan
campuran larutan yang mengandung kristal-kristal
iodoform ke dalam corong Buchner dibantu batang pengaduk. Fungsi dari batang pengaduk adalah untuk mengarahkan
jatuhnya padatan pada corong Buchner, sehingga tidak tersebar kemana-mana.
7.
Jika labu dalam keadaan vakum maka larutan akan cepat
terpisah dengan padatannya, jika larutan tidak cepat terpisah dengan
padatannya, maka labu belum vakum sepenuhnya.
8.
Setelah semua kristal tersaring, diamkan sejenak agar semua
larutan benar-benar tersaring, kemudian diamati pompa vakum , dan corong
Buchner dipisahkan dari labu.
9.
Kertas saring yang
sudah terdapat kristal iodoform, lalu diangkat perlahan dikeringkan.
Menurut Allinger (1976), iodoform adalah senyawa dengan
formula CHI3, sebuah kuning pucat, kristal, zat volatile, memiliki
bau yang tajam. Iodoform memiliki rentang titik lebur 119 – 122, sangat mudah larut dalam aseton,
larut dalam dietil eter, asam asetat, benzene dan sukar larut dalam air dingin.
Menurut Pine (1988), aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan
sebagai pelarut polar dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton dikenal juga
sebagai dimetil keton, z-propanon, atau propan z-on. Aseton adalah senyawa
berbentuk cairan, berbau seperti buah, harum, rasanya manis, jernih, titik
didih 56,2oC dan titik leleh -95,35oC. Larut dalam air
dingin dan air panas. Menurut Perry (1984), sifat-sifat fisika dan kimia larutan
NaOH yaitu wujudnya cairan, massa molar 40 gr/mol. Kelarutan sangat larut dalam
air, titik didih 140oC, titih leleh 12oC.
Berikut hasil percobaan yang didapatkan:
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan 2,5 gr I2 + 3,6
mL aseton
|
Terbentuk larutan coklat
|
2.
|
Ditambahkan 29 tetes NaOH 8 N
|
Terbentuk Kristal
|
3.
|
Disaring Kristal dengan corong
Buchner
|
Didapatkan Kristal iodoform
|
4.
|
Kertas saring + Kristal kering
|
Didapat berat = 2,8695 gr
|
5.
|
Berat kertas saring
|
1,1763 gr
|
6.
|
Berat kristal iodoform
|
1,69332 gr
|
7.
|
Titik lebur Kristal
|
110 – 120,5oC
|
8.
|
Rendemen
|
= x 100%
|
= x 100% = 67,7%
|
Keterangan :perlakuan dalam pembuatan kristal iodoform dan
Pengujian kristal iodoform
Pada sintesa iodoform dari asetan, NaOH 8 N adalah katalis
basa yang menyebabkan reaksi berjalan cepat. Selain itu juga berfungsi sebagai
nukleat yang menyerang atom carbonil sehingga membentuk keton yang
terhalogenasi dan ion CI3 yang tidak stabil yang segera membentuk
CHI3 pada saat praktikum. I2 sebanyak 2,5 gr + aseton 3,6
mL dimasukan kedalam erlemeyer. Dilakukan penggoncangan sampai padatan iodium larut,
terbentuk campuran larutan berwarna coklat seperti betadine, kemudian ditambah
kan tetes demi tetes NaOH 8 N sampai terbentuk kristal kuning proses pentetesan
NaOH 8 N didalam campuran larutan I2
+ aseton menghasilkan panas, oleh karena itu kristal yang terbentuk larut
kembali. Praktikan meletakkan erlemeyar pada es sehingga dilakukan penetesan
kembali terbentuk kristal iodoform berwarna kuning.
Menurut Respah
(1986), pada sintesa iodoform, penambahan NaOH dilakukan secara hati-hati
apabila telah terbentuk sedikit kristal kuning maka penambahan segera
dihentikan dan langsung ditambahkan aquadest. Penambahan NaOH yang berlebih
dapat menyebabkan iodoform terhidrolisis, kristal iodoform akan berubah menjadi
iodim kembali. Penambahan aquadest agar iodoform tidak terus bereaksi dengan
NaOH yang menyebabkan kristal iodoform terhidrolisis juga untuk menyempurnakan
reaksi agar kristal yang dihasilkan bagus, pada saat praktikum tidak dilakukan
penambahan aquadest hal tersebut menyebabkan kristal yang banyak terbentuk
berkurang setelah erlemeyer diangkat dari es dan ketika kristal disaring.
Karena ketika erlemeyer diangkat alas atau dasar labu erlemeyer kembali hangat
menandakan reaksi antara I2 + C3H6O + NaOH
masih berlangsung dan tanpa penambahan air sebagian kristal yang terbentuk
terhidrolisis kembali menjadi iodium.
Berikut
reaksi pembentukan:
Gambar 3. Mekanisme Reaksi Pembentukan Iodoform
Menurut Respah (1986), dalam percobaan iodoform dilakukan
pengenceran aseton dan air hal ini disebabkan aseton mudah menguap, dengan
adanya penambahan air diharapkan dapat mencegah penguapan aseton, sehingga
aseton yang akan bereaksi dengan iodium tidak berkurang. Iodium adalah bahan
baku utama pembuatan iodoform. Aseton berfungsi sebagai penyumbang gugus metil
CH3. NaOH sebagai katalis basa yang mempercepat laju reaksi .
Berikut reaksi sintesa iodoform yang terjadi:
Gambar 4. Mekanisme Penambahan NaOH Sampai Terbentuk Kristal Iodoform
Pada reaksi tersebut terlihat bahwa reaksi antara aseton
dengan NaOH mengakibatkan lepasnya 1 atom hidrogen, kemudian dengan adanya
iodium, iodium akan mengisi posisi yang kehilangan atom hidrogen, kemudian
dengan penambahan NaOH lagi, terjadi hal yang sama, sampai terbentuk iodoform.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi.
Langkah selanjutnya dilakukan proses penyaringan. Proses
penyaringan dilakukan menggunakan corong buchner yang terpasang pada erlemeyer
berlengan yang terhubung dengan pompa vakum. Pompa vakum menyedot udara
dalam erlemeyer berlengan sehingga air cepat turun ke bawah.
Hal tersebut dapat mempercepat proses
penyaringan.
Gambar 5. Rangkaian alat vacum filter apparatus
Prinsip kerja rangkaian alat vacum filter apparatus adalah perbedaan
tekanan udara dimana tekanan udara didalam lebih rendah dari pada tekanan udara
diluar. Pada saat pratikum pratikan tidak melakukan pencucian dan
rekristalisasi. Menurut Sulistyoningsih dan Triastuti (2010) proses pencucian
menggunakan aquadest untuk menetralkan kondisi basa yang terbentuk, karena
bukan bagian dari produk yang dinginkan. Proses rekristalisasi yaitu memurnikan
zat padat didasarkan atas perbedaan kelarutan zat yang diinginkan dari zat
pengotornya. Pengotor harus mempunyai
kelarutan lebih besar dari senyawa yang diinginkan, setelah proses
rekristalisasi disaring dengan rangkaian alat pompa vacum. Dikeringkan ditimbang
bobot kristal yang terbentuk. Pada saat pratikum, setelah hasil penyaringan
dikeringkan, ditimbang bobot kristal, sebesar 1,6932 gram, lalu diambil sedikit
kristal dengan pipa kapiler dan diuji titik leleh, titik leleh kristal iodoform
berkisar antara 110 – 120,5°C.
Gambar 6. Melting Point Apparatus
Pengujian titik leleh menggunakan melting point apparatus. Menurut Adamson (2007), melting point apparatus merupakan alat
yang digunakan untuk menetukan titik leleh dan sebuah senyawa yang mana sampel padatan akan ditentukan titik lelehnya, diletakkan
pada tabung kapiler tertutup yang ada didalam alat. Sampel nantinya terpanaskan
secara elektrik dimana elektror akan mendekati titik leleh pada saat sampel
mencair, sinar elektror dapat menangkapnya, titik leleh kristal iodoform
pratikan yaitu 110-120,5°C. Jika dikaitkan dengan literatur Alinger (1976), titik
lebur iodoform 119-122°C, titik lebur kristal praktikum mendekati literatur. Menurut
Sulistyaningsih dan Triastuti (2010), kemurnian zat ditentukan oleh rendemen
yang diperoleh, semakin tinggi rendemen suatu zat maka tingkat kemurniannya
semakin tinggi sedangkan semakin kecil rendemen yang diperoleh dari suatu zat
maka tingkat kemurniannya makin rendah. Pada saat pratikum diperoleh nilai
persentase rendemen sebesar 67,6%, hal ini menunjukkan kristal iodoform yang
dihasilkan memiliki kemurnian yang tergolong tinggi jika dikaitkan dengan
literatur Sulistyaningsih dan Triastuti (2010).
Pada saat pratikum pratikan melakukan
cara dua dalam sintesa iodoform, berikut akan dijelaskan sintesa iodoform
dengan cara pertama berdasarkan penelitian Putri (2012), bahan–bahan yang
digunakan dalam pembentukan iodoform antara lain aseton sebagai startil
material (bahan dasar) untuk pembentukan iodoform yang direaksikan dengan
iodium, kalium iodida sebagai starting material dan penyedia halogen berupa I2.
NaOCl (natrium hipoklorit) sebagai pemberi suasana basa yang direaksikan dengan
KI dan aquadest membentuk NaOH dan I2 (Pengoksidasi I- menjadi I2),
aquadest sebagai pelarut NaOCl dan pencuci hasil kristal iodoform karena
sifatnya yang tidak dapat larut dengan iodoform dan menjenuhkan kertas saring,
alkohol yang berfungsi sebagai pelarut iodoform pada proses rekristalisasi.
Kalium iodida dicampurkan dengan aseton dan dimasukkan dalam labu alas bulat
lalu ditutupi alumunium foil karena sifat aseton dan iodium yang mudah menguap,
I2 mudah menguap karena bentuknya gas. Selanjutnya NaOCl, diteteskan
pada campuran KI + C3H6O + H2O, dipipet hingga
tidak menimbulkan perubahan warna lagi, sambil dilakukan penggojokan dengan
tujuan untuk memperbanyak tumbukan antara molekul–molekul sehingga semakin
banyak tumbukan maka reaksi akan semakin cepat. Apabila larutan NaOCl yang
ditambahkan masih menimbulkan perubahan warna (coklat) berarti masih terjadi reaksi (sedang bereaksi) ,
tetapi apabila sudah tidak berubahan warna (kuning) berarti sudah tidak
bereaksi, setelah itu didiamkan selama kurang lebih 10 menit agar reaksi
berjalan optimal dan terbentuk endapan.
Berikut adalah mekanisme reaksi yang
terjadi:
Dalam pembentukan iodoform ini terjadi penyerapan halogen
pada karbanion yang selanjutnya penyerangan nukleofilik (-OH) pada atom
hidrogen alpha hingga habis pada metil keton. I- memiliki
keelektronegatifan yang cenderung menarik elektron sehingga ikatan C-H mudah
lepas. Langkah selanjutnya labu alas bulat dimasukkan dalam baskon berisi es
batu yang tujuannya adalah pembentukan kristal, kemudian dilakukan penyaringan
dengan corong buchner yang luas permukaannya besar dan pompa vakum yang
menyedot udara dalam labu hisap sehingga air cepat turun kebawah. Keduanya
dapat mempercepat penyaringan.
Prinsip pemurnian kristal dimana larutan dapat larut dalam
suhu panas tetapi tidak larut dalam suhu ruangan. Prinsip kerja dari rangkaian
alat vacuum adalah perbedaan tekanan
udara dimana tekanan udara di dalam lebih rendah daripada tekanan udara diluar.
Setelah itu dilakukan pencucian menggunakan aquadest tujuannya untuk
menetralkan suasana basa karena bukan bagian dari produk yang diinginkan. Untuk
mengetahui basa atau tidaknya digunakan kertas lakmus merah, jika tetap merah
berarti tidak basa lagi namun jika biru berarti masih basa sehingga masih
ditambah aquadest. Kemudian masuk proses rekristalisasi dengan alkohol panas.
Prinsip rekristalisasi yaitu memurnikan zat padat yang didasarkan atas
perbedaan kelarutan zat yang diinginkan dari zat pengotor. Digunakan alkohol
panas karena semakin tinggi suhu akan semakin mempercepat kelarutannya. Setelah
itu disaring kembali dengan corong Buchner panas yang sudah dipanaskan dengan
oven supaya tidak terjadi shock thermal.
Shock thermal dihindari agar kristal iodoform tidak terbentuk pada
proses penyaringan. Filtrat yang berisi iodoform didinginkan dalam baskom yang
berisi es batu yang dapat pembentukan kristal. Kristal disaring lagi dengan
corong Buchner dan pompa vakum kemudian dikeringkan dalam oven selanjutnya
ditimbang. Setelah itu diuji titik leburnya untuk mengetahui murni atau
tidaknya kristal iodoform tersebut dan mengetahui setiap kristal memiliki titik
lebur yang berbeda-beda, uji titik lebur dilakukan menggunakan melting point
apparatus, kemudian dilakukan perhitungan rendemen, untuk menentukan kemurnian
kristal dengan rumus:
%
Rendemen = x 100%
Menurut Sulistyaningsih dan Triastiti
(2010), kemurnian zat ditentukan oleh rendemen yang diperoleh, semakin tinggi
rendemen suatu zat maka tingkat kemurniannya semakin tinggi sedangkan semakin
kecil rendemen yang diperoleh dari suatu zat maka tingkat kemurniannya makin
rendah. Pada saat pratikum diperoleh nilai persentase rendemen sebesar 67,6%,
hal ini menunjukkan kristal iodoform yang dihasilkan memiliki kemurnian yang
tergolong tinggi jika dikaitkan dengan literatur Sulistyaningsih dan Triastuti
(2010).
Reaksi pada cara I:
Gambar 7. Mekanisme Pembentukan Iodoform
Menggunakan KI
Mekanisme Reaksi :
Gambar 8. Mekanisme Pembentukan Kristal Iodoform
Dengan
Penambahan NaOH
Pada reaksi tersebut terlihat bahwa reaksi antara aseton
dengan NaOH mengakibatkan lepasnya 1 atom hidrogen, membentuk ion enolat,
kemudian dengan adanya iodium, iodium akan mengisi posisi yang kehilangan atom
hidrogen pada ion enolat, kemudian dengan penambahan NaOH lagi, terjadi hal
yang sama, sampai terbentuk CI3 yang sifatnya tidak stabil dengan
segera mengikat atom hidrogen dari gugus OH dari NaOH yang ditambahkan,
kemudian membentuk CHI3 yaitu iodoform. Reaksi yang terjadi adalah
reaksi esterifikasi.
Pada saat praktikum, pada saat proses penyaringan, ketika
praktikan berada didekat kristal iodoform pada kertas saring, mata praktikan
pedih, jika menurut Brady (1994), hal tersebut disebabkan oleh uap aseton, uap
aseton dapat menyebabkan iritasi pada mata dan akibatnya sampai iritasi berat,
mata pedih, keluar air mata, mata merah dan rasa nyeri mata. Bila aseton dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan epitel kornea dan konjungtiva.
Selain itu, iritasi mata yang terjadi saat
praktikum bisa juga disebabkan karena uap iodium yang dihasilkan ketika proses
penyaringan dengan corong buchner, iodium jika berkontak dengan kulit
menyebabkan luka, uap iodium sangat iritan terhadap mata dan membran berlendir.
Dihasilkannya uap aseton maupun iodoform pada saat proses penyaringan dapat
disebabkan reaksi antara kedua zat tersebut tetap berlangsung, dan tidak
dilakukan proses pencucian yang dapat menghilangkan kebasaan larutan,
menyebabkan NaOH terus berperan dalam mengkatalis reaksi, pencucian dengan
aquadest betujuan menghilangkan suasana basa pada larutan, sehingga bisa
menghentikan reaksi yang terjadi antara aseton dan iodium. Pengujian kemurnian
kristal iodoform dapat dilakukan dengan larutan AgNO3, jika kristal
iodoform yang dihasilkan murni, maka tidak terbentuk endapan kuning perak
iodida (AgI). Jika kristal yang dihasilkan membentuk AgI menandakan bahwa
kristal iodoform yang dihasilkan belum murni, masih terdapat pengotor,
reaksinya adalah sebagai berikut:
Jika
kristal Iodoform murni maka reaksinya:
Jika
kristal Iodoform tidak murni maka reaksinya:VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
1.
Pada praktikum kali ini sintesis iodoform dilakukan dengan
mereaksikan iodium dengan aseton dengan bantuan NaOH, reaksi yang terjadi
adalah reaksi halogenasi alfa yaitu reaksi penggantian atom hydrogen-α dengan
suatu unsur halogen, pada praktikum kali ini penggantian atom hydrogen-α pada
metil keton dalam aseton dan I2. Titik leleh yang didapatkan ketika
kristal iodoform dimasukkan kedalam melting
point apparatus yaitu 110 – 120,5°c. titik leleh ini mendekati titik leleh
iodoform yaitu 119 – 122°c.
2.
Reaksi pembentukan iodoform:
6.2 Saran
Untuk selanjutnya, ketika melakukan
praktikum sintesa iodoform, sebaiknya digunakan kacamata pelindung agar uap
aseton tidak mengenai mata, juga pada awal praktikum, aseton diencerkan
terlebih dahulu agar volumenya tidak berkurang saat terjadi reaksi hidrogen α.
Min, kira-kira kegunaan iodoform dalam kehidupan sehari-hari apa ya?
BalasHapusJadi gini gan,iodoform ini dapat digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai desinfektan, iodoform bertindak dengan menekan dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme di atas permukaan benda mati seperti meja, kaca, dll. Sedangkan sebagai antiseptik iodoform bertindak menghambat dan membunuh mikroorganisme diatas jaringan hidup seperti kulit gan...
Hapussetau saya sih gitu gan
Hapuskan dapat menghambat dan membunuh mikroorganisme, kira kira mekanismenya gimana?
HapusOke gan jadi mekanismenya gini, Iodoform melepaskan I2, dimana I2 itu bersifat toxic/beracun. nah karena pelepasan I2 yang berupa uap inilah bakteri, fungi dan virus dapat dibunuh. sebenernya spora juga dapat dibunuh, tapi butuh waktu yang lebih lama gan..
Hapuskalo I2 nya ga lepas gimana gan? bakterinya ga mati dong?
HapusHaha.. si Agan..
Hapusperlu diketahui nih bahwa Iodoform memiliki sifat mudah menguap/volatil gan, jadi kecil kemungkinan kalau gak menguap saat digunakan gan.
Mengapa ketika penambahan larutan kaporit pada cara 1 harus sambil di gojok?
HapusSedangkan pada cara 2 ketika penambahan NaOH tidak digojok?
Karena pada cara 1, bahan baku/dasar yang digunakan sebagai pembentuk iodoform adalah serbuk KI, untuk membuat KI tersebut bereaksi dengan aseton, maka dilakukan penggojokan. Sedangkan pada cara 2, bahan dasar yang digunakan adalah I2 (Iodium) dalam bentuk cairan, sehingga tidak perlu dilakukan penggojokan, namun tetap menggunakan NaOH dalam proses pengkristalannya..
Hapuspenggojokan bertujuan agar terjadi tumbukan antar molekul yang terdapat dalam campuran sehingga reaksi terjadi dengan sempurna
HapusApakah NaOCl sebagai pemberi suasana basa pada percobaan dpt diganti dengan senyawa basa yg lain?
BalasHapusBisa, yaitu dengan NaOI yang didapat dari NaOH + I2 -> NaI + NaOI + H2O
HapusSelanjutnya NaOI direaksikan dengan Alkohol sekunder, yaitu :
RCH3CHOH + NaOI -> RCH3CO + NaI + H2O
RCH3CO + 3NaOI -> RCOO- + CHI3
Jadi kesimpulannya bisa Agan :)
sama halnya dengan reaksi cara 2 yang membentuk nukleat yaitu CH3COCH2-, reaksi dengan NaOI berlebih tersebut juga menghasilkan nukleat berupa RCOO-
Hapusmengapa pada percobaan kelompok 1terdapat kesalahan pada saat proses rekrikstalisasi yaitu iodoform yang didapat dari kelompok kami berwarna kuning kecoklatan atau masih terdapat zat pengotor?
HapusSetelah proses penyaringan iodoform dengan kertas saring, iodoform dicuci dengan air dengan tujuan agar iodoform yang didapatkan benar-benar murni. Kuning kecoklatan serta kotornya iodoform yang didapatkan adalah akibat kurangnya penambahan air dalam proses pencucian/pemurnian iodoform. Zat pengotor yang tampak pada iodoform terlihat dari warna coklatnya
HapusUntuk menguji kemurnian dari iodoform,adakah cara lain yang dapat digunakan? Tolong berikan contohnya senyawanya!
BalasHapusAda, yaitu apabila iodoform direduksi dengan Na2As2O4 akan membentuk metilen iodida (CH3I). Pembuktian lain yaitu iodoform apabila direaksikan dengan NaOH, kemudian dipanaskan sebentar akan menghasilkan warna merah ungu pada lapisan piridin.
HapusTanya gan, saya praktikkum pemb yodoform, 6 gr KI + 2 ml aseton + 100 ml aquadest digojog sambil ditambah tetes demi tetes kaporit 5 %, warna endapan nanti harus kuning atau gmn, soalnya endapan saya saat itu warnanya putih, apa ada yg salah sma bahannya ?
BalasHapusMin mau tanya, dalam pembuatan iodoform apakah dapat menggunakan katalis asam?
BalasHapusMenggunakan kaporit itu pada percobaan 1
BalasHapusJadi naclo itu bisa di sebut sebagai katalis atau tidak? Ataj hanya sbg pemberi suasana basa?
BalasHapusmin syarat apakah yang harus dimiliki suatu senyawa agar senyawa terserbut dapat mengalami reaksi iodoform?
BalasHapusDaftar pustakanya ada ka?
BalasHapusFungsi penyaringan
BalasHapus